Makna Upacara Tiga Bulanan
Umat Hindu di Bali percaya sejak lahir manusia telah membawa hutang (rna). Rna tersebut dibayarkan dengan melaksanakan Panca Yadnya.
Yadnya adalah korban suci atau persembahan yang tulus ikhlas, terdiri dari Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Manusa Yadnya. Salah satu Yadnya yang dilaksanakan dari saat baru terbentuknya benih manusia di dalam kandungan hingga akhirnya dewasa, yaitu Manusa Yadnya.
3 bulanan merupakan salah dua dari pelaksanaan Manusa Yadnya.
Upacara Nelu Bulanin merupakan upacara yang dilaksanakan ketika bayi telah berusia tiga bulan dalam penanggalan kalender Bali, yaitu pada 105 hari setelah kelahiran. Saat menginjak usia tersebut, panca indra bayi sudah aktif.
Aktifnya panca indra tersebut ke depannya bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada kesucian atman yang menjiwainya. Sehingga, pelaksanaan Nelu Bulanin ini memiliki beberapa makna dan tujuan tersendiri.
Makna Upacara Nelu Bulanin memiliki makna sebagai penyambutan dari kehadiran Sang Hyang Atma di dunia. Nelu Bulanin bermakna juga sebagai penyambutan kemunculan unsur Panca Maha Butha dari segala penjuru yang memperkuat fisik serta kejiwaan bayi diikuti dengan pelepasan pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh Sang Catur Sanak.
Tujuan dari pelaksanaan Nelu Bulanin yaitu membersihkan atau penyucian bayi. Dari kelahirannya, dipercaya bayi masih dalam keadaan kotor (cuntaka).
Sehingga, perlu melaksanakan upacara NeluBulanin untuk penyucian karena Panca Indra bayi yang sudah aktif itu berpengaruh pada kesucian atma yang menjiwai si bayi.
Sarana yang diperlukan dalam upacara Nelu Bulanin terdiri dari banten bayuhan, pebyakaonan, durmanggala, prayascita, banten penyambutan, peras soda, pejati, jejanganan, banten kumara, tataban, dan banten tebasan pangambyean. Sarana lain yaitu pusuh (jantung pisang), papah (pelepah kelapa), batu bulitan, telor, reregek (anyaman daun kelapa menyerupai manusia), lelontek.
Prosesi
Pelaksanaan Nelu Bulanin terdiri dari beberapa rangkaian, urutan dari pelaksanaan Nelu Bulanin secara umum adalah sebagai berikut:
Pemimpin upacara menghaturkan upakara kepada Nyama bajang dan kandapat yang merupakan penjaga bayi sejak dalam kandungan sampai kelahiran "diundang" untuk dihaturkan sesajen sebagai ucapan terima kasih. Tattwa yang sebenarnya sebagai wujud syukur terhadap Sang Hyang Widhi. Si bayi kemudian melakukan natab banten bajang colong, dari kanda pat (kakak si bayi). Kemudian si bayi beserta orang tua dan anggota keluarganya, mengitari banten di atas lesung dengan membawa sarana pusuh, telor, batu, papah, reregek dan sarana lainnya sebagai wujud rasa syukur atas kehadiran (anugerah) si bayi. Kemudian si bayi menginjak tanah pertama kali, dilanjutkan mandi di paso, magogoan, setelah berganti pakaian bersama kedua orang tuanya si bayi natab banten beakawon, durmanggala, prayascita, kemudian bayi natab sambutan. Proses selanjutnya natab di bale dangin dilanjutkan dengan mejaya jaya.