Monday, February 5, 2024

Makna Upacara Tiga Bulanan



Makna Upacara Tiga Bulanan

Umat Hindu di Bali percaya sejak lahir manusia telah membawa hutang (rna). Rna tersebut dibayarkan dengan melaksanakan Panca Yadnya.
Yadnya adalah korban suci atau persembahan yang tulus ikhlas, terdiri dari Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Manusa Yadnya. Salah satu Yadnya yang dilaksanakan dari saat baru terbentuknya benih manusia di dalam kandungan hingga akhirnya dewasa, yaitu Manusa Yadnya.

3 bulanan merupakan salah dua dari pelaksanaan Manusa Yadnya. 
Upacara Nelu Bulanin merupakan upacara yang dilaksanakan ketika bayi telah berusia tiga bulan dalam penanggalan kalender Bali, yaitu pada 105 hari setelah kelahiran. Saat menginjak usia tersebut, panca indra bayi sudah aktif.

Aktifnya panca indra tersebut ke depannya bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada kesucian atman yang menjiwainya. Sehingga, pelaksanaan Nelu Bulanin ini memiliki beberapa makna dan tujuan tersendiri.

Makna Upacara Nelu Bulanin memiliki makna sebagai penyambutan dari kehadiran Sang Hyang Atma di dunia. Nelu Bulanin bermakna juga sebagai penyambutan kemunculan unsur Panca Maha Butha dari segala penjuru yang memperkuat fisik serta kejiwaan bayi diikuti dengan pelepasan pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh Sang Catur Sanak.

Tujuan dari pelaksanaan Nelu Bulanin yaitu membersihkan atau penyucian bayi. Dari kelahirannya, dipercaya bayi masih dalam keadaan kotor (cuntaka).
Sehingga, perlu melaksanakan upacara NeluBulanin untuk penyucian karena Panca Indra bayi yang sudah aktif itu berpengaruh pada kesucian atma yang menjiwai si bayi.

Sarana yang diperlukan dalam upacara Nelu Bulanin terdiri dari banten bayuhan, pebyakaonan, durmanggala, prayascita, banten penyambutan, peras soda, pejati, jejanganan, banten kumara, tataban, dan banten tebasan pangambyean. Sarana lain yaitu pusuh (jantung pisang), papah (pelepah kelapa), batu bulitan, telor, reregek (anyaman daun kelapa menyerupai manusia), lelontek. 

Prosesi
Pelaksanaan Nelu Bulanin terdiri dari beberapa rangkaian, urutan dari pelaksanaan Nelu Bulanin secara umum adalah sebagai berikut:
Pemimpin upacara menghaturkan upakara kepada Nyama bajang dan kandapat yang merupakan penjaga bayi sejak dalam kandungan sampai kelahiran "diundang" untuk dihaturkan sesajen sebagai ucapan terima kasih. Tattwa yang sebenarnya sebagai wujud syukur terhadap Sang Hyang Widhi. Si bayi kemudian melakukan natab banten bajang colong, dari kanda pat (kakak si bayi). Kemudian si bayi beserta orang tua dan anggota keluarganya, mengitari banten di atas lesung dengan membawa sarana pusuh, telor, batu, papah, reregek dan sarana lainnya sebagai wujud rasa syukur atas kehadiran (anugerah) si bayi. Kemudian si bayi menginjak tanah pertama kali, dilanjutkan mandi di paso, magogoan, setelah berganti pakaian bersama kedua orang tuanya si bayi natab banten beakawon, durmanggala, prayascita, kemudian bayi natab sambutan. Proses selanjutnya natab di bale dangin dilanjutkan dengan mejaya jaya.

Monday, April 4, 2022

EKSITENSI TRADISI NYAKAN DIWANG


Eksitensi tradisi Nyakan Diwang (perspektif teologi Hindu)
Desa Gesing berlokasi di sebelah utara Gunung Batukaru, yang menyebabkan desa ini berhawa sejuk. Disebelah timur berbatasan dengan desa munduk, disebelah barat berbatasan dengan desa umejero dan disebelah utaranya berbatasan dengan desa kayuputih. Desa Gesing masuk wilayah kecamatan Banjar kabupaten Buleleng, dengan 4 banjar dinas. Mata pencaharian penduduk sebagian besar petani, namun ada juga Pns, pedagang, pegawai swasta, dan wirausahawan.
Tradisi nyakan diwang di laksanakan pada hari gembak gni (ngembak api) di mulai pada pukul 00.00 wita setelah melakukan catur brata penyepian atau sipeng (nyepi). Tradisi ini awal mulainya tidak bisa ditentukan secara pasti, sebagian besar masyarakat menerima tradisi ini secara turun temurun.
Eksitensi tradisi nyakan diwang diera moderen ini masih berlangsung walaupun tradisi yang lain mulai masuk, tidak bisa menghilangkan tradisi ini. 

Tradisi yang saat ini mulai masuk yaitu tradisi ogoh-ogoh. Tradisi ogoh-ogoh pada hari pengerupukan bukanlah tradisi asli desa Gesing namun eksitensinya mulai masuk dan bisa diterima oleh masyarakat setempat. Tentu tradisi ogoh-ogoh diharapkan tidak menghilangkan tradisi yang sudah ada. 

Prosesi nyakan diwang bukan semata hanya menanak nasi, melainkan semua proses yang ada di dapur pada umumnya dilakukan di pinggir jalan. Setelah selesai memasak nasi dan lauk pauknya di lanjutkan dengan makan bersama-sama, sehingga jalanan pada malam hari berubah bak pasar sengol, yang mana semua warga pada keluar dan saling mengunjungi sesama warga, menambah suasana desa menjadi ramai. 

Makna teologi nyakan diwang, bahwa kita semua adalah bersaudara (vasudeva kutumbhakam) karena tercipta dan berasal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa oleh karena itu tanpa memandang status sosial duduk bersama saling memberi dan mengasihi. Tradisi nyakan diwang termasuk di dalam ajaran Catur marga yoga yakni bagian dari karma yoga. Sedangkan Catur Marga Yoga dalam tri kerangka agama Hindu termasuk kedalam ajaran Tattwa.
Memaknai tradisi nyakan diwang jangan terhenti pada hari ngembak gni (ngembak api) akan tetapi maknanya seharusnya berkesinambungan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan fungsi nyakan diwang adalah merayakan hari gembak gni secara bersama-sama untuk meningkatkan sradha dan bhakti. Manfaat nyakan diwang adalah meningkatnya rasa persatuan dan persaudaraan antar warga.
#rahayu
#kirang langkung ampura

Sunday, August 1, 2021

Karma di tanggung sendiri bukan orang lain


Karma dalam bahasa sanskerta yang di maknai sebagai perbuatan, phala dalam bahasa sanskerta yang di maknai sebagai hasil, jadi karma phala adalah hasil dari perbuatan.

Karma phala sangatlah tegas, karena tidak memandang saudara, teman ataupun anak sekalipun, karma phala tak pernah berhenti selalu monitor sepanjang nafas masih ada.
Karma phala adalah sang pengadil sejati tak bisa di suap, ditunda, dibelokan dan hasilnya adalah pasti tidak perlu diragukan lagi.

Semua orang tahu dan paham dengan karma namun anehnya banyak yang masih melakukan perbuatan buruk, jahat dsb padahal mereka tahu pasti hasilnya buruk.

Dalam hal seperti ini orang itu masih belum bisa mengendalikan perbuatannya, di karenakan di kuasai oleh sifat rajas dan tamas,.. perlu edukasi mendalam agar mampu mengendalikan dan dikuasai oleh sifat satwam.

Sifat satwam inilah yang mampu memberikan hasil yang baik, keberadaanya sangat perlu dikembangkan agar semua orang bisa terhindar dari selimut kegelapan sifat rajas dan tamas.

Cara sederhana yakni dengan memahami karma itu di tanggung oleh diri sendiri bukan orang lain, berbuatlah yang baik untuk hasil diri sendiri bukan untuk orang lain. Sadarilah setiap pikiran, perkataan dan perbuatan semua ada hasilnya yang akan dinikmati pada saat ini atau saat kehidupan yang akan datang, minimalisir semua kesalahan mulai dari pikiran yang akan memunculkan perkataan dan perbuatan baik.

Rahayu
Jmk Garnida

Tuesday, December 22, 2020

Hindu memuliakan orang tua sejak dahulu kala


Agama Hindu sdh sejak dahulu punya konsep dlm memuliakan orang tua baik ibu maupun bapak, konsep ini teraplikasi jelas di bedakan menjadi dua yaitu bhuwana agung dan bhuwana alit.Karena Hindu punya keyakinan bhuwana agung dan bhuwana alit unsurnya adalah sama.
Konsep ajaran ini dalam bhuwana agung teraplikasi menjadi Akasa dan Pertiwi.
Akasa di sebutkan sebagai Bapa,sedangkan pertiwi disebutkan sebagai Meme (Bapa di akasa,Meme di pertiwi).Pertemuan antara Bapa dan Pertiwi di simbulkan menjadi Lingga Yoni.Penyatuan antara lingga yoni akan menghasilkan sebuah kehidupan baru.Tata cara memuliakannya menggunakan konsep Tri Hita Karana,Untuk itu memuliakannya dan merawatnya akan membawa kearah kesejahteraan.

Konsep ajaran dalam bhuwana alit teraplikasi menjadi orang tua yaitu ayah dan ibu kandung,yang dlm beberapa sastra di sebutkan sebagai perwujudan tuhan itu sendiri,keberadaannya wajib di hormati yg disebut sebagai Guru Rupaka.tata cara menghormati bisa berlandaskan Tri Parartha.

Untuk itu tiap umat Hindu agar memiliki wawasan yang luas dan dalam, seyogyanya juga menghormati empat ibu yang lainnya. Ibu yang pertama adalah ibu yang melahirkan yang disebut Deha Mata. Mata berasal dari bahasa Sansekerta artinya ibu sama dengan mother dalam bahasa Inggris.
Ibu yang lainnya adalah Dewa Mata, Weda Mata, Bumi Mata dan Desa Mata. Dewa Mata artinya Tuhan sebagai ibu. Weda Mata artinya kitab suci Weda itu sebagai ibu karena dari Weda lahirlah berbagai ilmu pengetahuan. Bumi Mata adalah bumi ini yang melahirkan berbagai hal sebagai sarana kehidupannya. Ibu yang kelima adalah Desa Mata artinya tradisi kehidupan di Desa tanah tumpah darah kelahiran wajib dihormati (wiana).

Dalam manawa dharma sastra di sebutkan, manusia yg lahir ke dunia mempunyai tiga macam hutang yg di sebut Tri Rna yakni : Dewa Rna,Pitra Rna,Rsi Rna.Salah satu Rna yakni Pitra Rna adalah hutang kepada orang tua dan leluhur yg telah menjaga dan membesarkan anaknya ketika berada di dunia ini.Adalah sebuah kewajiban bagi anaknya merawat orang tua tanpa pamrih untuk melunasi hutang budi tsb.

Sarasamuscaya menyebutkan beberapa pahala dlm berbakti dengan tulus dan sungguh-sungguh pada orang tua yaitu :  1) pujian; 2) hidup bahagia dan panjang umur; 3) teman yang setia dan kekuasaan; 4) jasa dan pertolongan.
Itulah alasan Hindu wajib memuliakan orang tua bukan hanya ibu saja
#Rahayu
#Jmk Garnida

Thursday, July 23, 2020

Burung menggunakan mulut untuk menghibur bagaimana dengan manusia ?

Setiap mahluk hidup dikaruniai kemampuan untuk bukan hanya sekedar hidup, namun juga untuk bisa menikmati hidup mereka. Burung ini dengan tekun menganyam satu persatu rumput menjadi sarang untuk menjadi rumahnya. Proses pembuatan sarang ini membuat kita yakin bahwa burung, sama seperti makluk lain, adalah mahluk yang cerdas.

Burung juga menggunakan mulutnya untuk bersiul (bersuara) sehingga orang yang mendengar menjadi terhibur,alangkah bergunanya mulut burung sehingga banyak bermanfaat buat burung itu sendiri maupun manusia.

Meniru tata cara burung menggunakan mulutnya agar bermanfaat sehingga di senangi orang lain dan mampu menghibur adalah cara yang bisa di jadikan pedoman dalam kehidupan sehari hari yang terkadang manusia ceroboh dalam bertutur kata sehingga membuat orang lain tersinggung dan memicu sebuah permusuhan.

Bijaklah dalam bertutur kata agar kita di senangi di mana mana,gunakan kata kata manis agar enak di dengar walaupun dalam manisnya tutur kata ada sedikit asin dan pedas.ibarat meminum kopi di campur gula yang banyak dan di campuri sedikit tuak/arak maka yang di rasa kopilah yang dominan tetapi yang meminum tidak tahu kalau itu bisa memabukkan yang mereka rasakan kopi manis,begitulah sekiranya meramu tutur kata agar enak didengar dan bisa mempengaruhi pendengar.

Nah begitu juga dengan burung alunan merdu suaranya mampu menenangkan hati dan suasana sekitar walaupun itu hanya sebuah suara yang belum tentu paham akan sebuah masalah dan sebuah kebenaran akan tetapi begitulah suara yang halus,manis,lembut dan merdu akan mampu menenangkan hati.

Rahayu
Jmk Adi

Monday, July 13, 2020

Trisandya 5 menit tidak sempat,bermain Hp berjam jam bisa,sebuah perilaku aneh

Waktu adalah Raja karena oleh waktu bisa mempertemukan dan juga bisa memisahkan walau sesaat atau selamanya.Setiap orang seolah olah selalu di kejar waktu entah siang dan malam mereka menyelesaikan tugas dan kewajiban secepatnya dan setepatnya.

Waktu berjalan terus dan tak kenal lelah dan tanpa ada yang mengendalikan entah siapa sang pengendali kita juga susah menemukannya tapi nyata ada sang waktu.

Ketika akan memulai suatu pekerjaan pastilah umat manusia akan mencari waktu yang baik agar apa yang di lakukan berjalan sesuai harapan ada yang mampu memanfaatkan dengan efisien dan efektif namun ada juga yang tak mampu memanfaatkan waktunya sehingga berlalu sia sia saja.

Melakukan kegiatan pada hari ini dan menikmati semua kegiatan yang di lakukan akan akan mampu mengefisienkan dan mengefektifkan waktu.

Ada yang aneh ketika seseorang mengatakan waktunya habis untuk kegiatan dalam satu hari bahkan waktu untuk sembahyang juga tidak sempat,cobalah kita lihat kembali dalam satu hari ada waktu 24 jam,untuk tidur kurang lebih menghabiskan waktu 8 - 10 jam/hari sehingga dalam satu hari akan ada waktu maksimal 14 jam,dari 14 jam ini waktu untuk sembahyang ( trisandya ) hanya menghabiskan kurang lebih selama 15 menit,inilah yang sering di keluhkan tidak ada waktu buat sembahyang padahal hanya beberapa menit saja akan tetapi kalau bermain Hp bisa menghabiskan waktu berjam jam akan terasa nikmat,tetapi sembahyang 15 menit akan terasa membebani waktu, inilah perilaku aneh kekinian.

Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin agar tidak menyesal kemudian,karena waktu ada di tangan anda tergantung bagaimana anda bisa memanfaatkan agar terasa indah pada waktunya karena waktu akan berjalan terus dan dalam perjalanannya andalah sang kusir  yang mengendalikan dan memanfaatkan waktu agar waktu anda terasa bermanfaat sehingga hidup terasa nikmat...!!

#Waktu adalah raja#
Rahayu
Jmk Adi

Sunday, July 12, 2020

Berguru Dengan Perantara Arca Sang Guru

Prinsip dalam berguru pada jalur kerohanian yang tidak bisa diabaikan yakni prinsip aguron guron dan masih tetap berlangsung sampai sekarang.

     Dalam itihasa seorang Bambang Eka Lawya sebagai sisya yang tidak belajar secara langsung berguru dihadapan Reshi Drona, artinya ada jalan lain yakni jalan jnanayoga yang memiliki kualitas yang sama, sebagai prinsip aguron guron yang tak langsung ( dengan arca guru ) yang bisa selalu terhubung dengan bathin sang guru.

     Walaupun sistem yang digunakan hanyalah sebuah arca yang mewakili keberadaan guru  namun karena disiplin yang kuat  dan jnanayoga, proses aguron guron memiliki kesempurnaan yang sama dengan sisya lainnya, bahkan melebihi kemampuan para sisya yang lain.Dia sangat yakin memperoleh berkah energi sang guru  walau hanya dengan perantara arca saja.

   Pura Kahyangan Dharma Smerti adalah salah satu contoh pura yang peruntukannya bisa digunakan dalam tatanan aguron guron pada jalur kerohanian melalui arca sang guru yakni dengan di stanakannya arca Ida Betara Sinuhun sang pelopor Pura Punduk Dawa.

     Dengan berpedoman pada itihasa Bangbang Ekalawya Pura Kahyangan Dharma Smerti yang berlokasi di Punduk Dawa bisa difungsikan dalam rangka aguron guron bagi para sisya yang ingin memperdalam pendakian dalam jalur kerohanian,tentunya disiplin,keyakinan dan keteguhan akan menjadi pondasi dalam proses aguron guron.

Jmk Adi