Saturday, February 1, 2020

Canang Sari sebuah yadnya sederhana memberi dampak yang besar


Di Bali yang mendapat julukan  pulau seribu pura tidak terlepas dari yadnya hampir setiap hari selalu tercium bau harum dari dupa setiap pekarangan rumah penduduk Hindu Bali.

Disamping dupa yang harum ada yang menjadi pendamping setia yaitu sebuah canang sari,begitu populernya nama canang sari hampir semua kalangan mengetahui bentuknya bahkan tidak susah untuk mendapatkan dengan jalan membeli yang hampir tersedia di pinggir jalan raya.

Sebenarnya masyarakat Hindu Bali sudah paham akan hakekat yadnya baik itu yadnya
Yang terkecil sampai terbesar,mereka selalu mulai dari yadnya yang terkecil,mereka paham akan satwika yadnya tidak harus yang besar asalkan niat yang lascarya,mereka sudah praktekan yadnya yang terkecil (kanista) hampir setiap hari mereka ekpresikan cinta dan bhakti mereka kepada tuhannya melalui sebuah canang sari.
"Sekuntum bunga sebiji buah setangkai daun seteguk air AKU terima persembahan dari yang maha suci" sloka (Bhagawad Gita) itu cukup terwakili dari sebuah canang sari Karena isi dari sebuah canang sari antara lain ; Daun janur,tebu,bunga,porosan sulasih,kembang rampe dan bija inilah Yadnya dalam bentuk terkecil bagi umat Hindu di Bali

Canang sari belum bisa di kategorikan sebagai banten tapi canang sari adalah unsur pembentuk banten tanpa canang sari bantenpun belum bisa di kategorikan siap di pakai sebagai sarana upakara.

Maka dapat di simpulkan canang sari memegang peranan penting dalam sebuah banten atau ada yang mengatakan canang sari sebagai kanista (inti) karena merupakan inti maka pada setiap banten wajib ada canang sari.

Dalam lontar kanda pat sari di sebutkan ajuman 100 dulang alah dening ajuman satu dulang asalkan di dasari niat yang lascarya dan keyakinan tinggi,maksudnya yadnya yang besar bisa di kalahkan sama yadnya yang kecil asalkan niat yang beryadnya betul betul lascarya.

Dengan berpijak dari isi lontar itu walau hanya sebuah canang sari jika di buat sesuai aturan dan di persembahkan dengan rasa yang lascarya dan bhakti yang mendalam maka akan berdampak sangat besar atau mampu memberikan hasil yang maksimal

Jika demikian jangan ragu dan malu menggunakan canang sari di manapun dan kapanpun ketika mengekpresikan rasa syukur dan rasa cinta kasih pada saat memuja kebesaran tuhan,karena kalau yang sederhana dan murah bisa memberikan hasil yang maksimal buat apa memakai yang mahal dan jangan di maknai tidak boleh memakai yang mahal atau banten yang besar.

Bisa di bayangkan jika saja tdk ada canang sari maka praktek ritual keagamaan bagi sebagian umat Hindu di Bali bisa tertunda,sungguh sangat mulianya ajaran leluhur orang Bali sehingga umatnya selalu bisa mempratekan ritual agama yang kini bisa kita jumpai di setiap pelinggih dan dari pelosok desa sampai perkotaan atau perkantoran,villa,hotel,restaurant,swalayan bahkan Airport Ngurah Rai yang sudah modernisasi masih kita jumpai ada canang sari.
Ini bukti nyata ajaran leluhur masih sangat relevan di tengah gempuran pengaruh budaya luar dan di jaman globanisasi ini,ajaran ini masih tetap lestari.

Bagi kalangan yang dari segi ekonomi mampu mungkin bukan beban namun bagi kurang mampu maka memakai yang sederhana adalah jalan bhakti yang sudah sesuai aturan dalam sastra asalkan tetap niat yang lascarya.

Om Shanti Shanti Shanti om

Oleh Jmk Gde Garnida

No comments:

Post a Comment